Halo, kali ini aku mau membahas hal yang lain dari biasanya nih. Yak, kalau biasanya yang kita bahas adalah mengenai traveling, skincare, lifestyle, belanja, buku, film, perawatan rambut, festival, dan lain-lain, maka kali ini aku akan membahas tentang ... program bayi tabung.
Yeah, even me and myself can't believe it. Aku yang biasanya nulis suka-suka dan semaunya ini, nulis tentang program tabung? Tapi inilah kenyataannya, babe, setelah tulisan poligami yang dulu nulisnya bikin baper berhari-hari itu. Kalo nggak, kalian nggak akan bisa baca postingan ini hehe.
Mari kita kembali kepada topik sebenarnya: program bayi tabung, berbincang ringan walaupun topik yang diangkat ini cukup berat.
By the way, sebelum menuliskan ini aku sudah melihat beberapa perempuan yang dengan sangat tabah serta gigih menunggu hadirnya seorang baby dalam rahim mereka. Namun tak peduli sekuat apa pun mereka berusaha, rupanya takdir belum berpihak padanya.
Lantas, Apakah Mereka Gagal sebagai Seorang Perempuan?
Tentu tidak, sayangku. Tidak ada perempuan yang gagal karena mereka tak kunjung dikaruniai seorang bayi. Pernikahan tidak melulu mengenai seks dan buah hati, walau keduanya memang menjadi salah satu faktor penting dalam pernikahan.
Salah seorang saudaraku sudah menikah lebih dari sepuluh tahun dan hingga kini belum bisa mendapatkan anak. Apakah ia gagal? No, of course not. Apalagi sebagai sesama perempuan, kita tidak berhak untuk men-judge seseorang seperti itu. Karena sejatinya, kitalah yang lebih mengerti bagaimana perasaan perempuan lain.
Bisik-bisik cemoohan pastinya bukan sekali dua kali mereka dengarkan. "Nikah udah bertahun-tahun, kok belum punya anak juga?" atau "Udah isi belum nih? Masa kalah sama si ABC yang baru nikah udah langsung hamil?" sudah pasti setidaknya pernah mereka dengar. Sayangnya bukan doa tulus yang mereka dapatkan, bahkan mungkin hanya perasaan sakit hati menggerogoti.
Apakah Perempuan yang Belum Bisa Hamil Tidak Pantas untuk Bahagia?
Tegakah kalian sebagai sesama manusia, sebagai sesama makhluk ciptaan Allah, sebagai sesama perempuan untuk melabeli perempuan lain sebagai seseorang yang tidak pantas untuk bahagia? Siapa kita bisa menilai seseorang seperti itu?
Ada banyak cara untuk kita semua meraih kebahagiaan. Kerabatku yang sudah kusebutkan di atas memilih kebahagiaan dengan caranya sendiri. Dia mengambil anak dari saudara jauhnya untuk dijadikan anak angkat, dan ia menyayangi anak tersebut seperti anak kandungnya sendiri. Apakah ia bahagia? Ya, aku tahu pasti bahwa ia bahagia dengan caranya sendiri
Dan kemudian baru-baru ini ia memutuskan untuk melakukan program bayi tabung. Ini bukanlah sebuah keputusan yang diambil sekali lewat pastinya. Ada berbagai hal yang telah ditimbang baik dan buruknya dengan matang demi mencapai sebuah mufakat pada pasangan suami istri.
Program Bayi Tabung
Bayi tabung atau In-Vitro Fertilization (IVF) menjadi sebuah teknik pembuahan sel telur oleh sperma di dalam tabung laboratorium untuk kemudian dimasukkan kembali ke rahim sang calon ibu. Inilah salah satu solusi bagi pasangan yang belum mendapatkan anak karena adanya masalah kesuburan.
Segampang itu kah? Tidak. Untuk program bayi tabung ini tentunya ada banyak sekali yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, dari pihak suami dan juga istri. Ada proses panjang, harap-harap cemas, emosi yang terkuras, stres, dan perubahan-perubahan yang akan terjadi karena keputusan untuk melakukan program bayi tabung ini.
Dan jika program bayi tabung ini berhasil, maka sang istrilah yang nantinya paling berbahagia sebagaimana layaknya perempuan hamil dalam kondisi biasa. Calon ibu yang dengan doa-doa yang ia panjatkan setiap hari untuk bisa segera bertemu dengan calon anaknya.
Karena setiap perempuan berhak bahagia, bahkan dengan program bayi tabung sekali pun. Benar bukan?
No comments: