Terkadang dalam hidup ada saatnya ingin menyepi ke suatu tempat. Hanya sebentar, cukup sehari atau dua hari saja. melakukan perjalanan melepaskan gundah dan gelisah
Itulah yang aku rasakan setelah menyelesaikan beberapa urusan di Jakarta pertengahan November lalu. Perasaan gundah tak kunjung hilang setelah berbulan-bulan.
Jadi di sanalah aku berdiri, di Stasiun Gambir di hari minggu siang dengan pesanan tiket kereta api yang bahkan belum sempat dibayarkan. Lagi-lagi cukup bermodal carrier biru yang setia menemani selama empat tahun ini. Alih-alih segera kembali ke Bengkulu, dengan tujuan tak begitu jauh dari ibukota.
Ya, aku kembali ke Bandung. Kali ini sendiri tanpa ada urusan apapun setelah sebelumnya cukup puas menginjakkan kaki ke sini karena berbagai tetek-bengek hal-hal mendesak yang harus segera diselesaikan. Kali ini pula, aku tak sibuk mencari tempat menginap ataupun partner jalan-jalan. Cukup aku dan diriku.
Biasanya perjalanan apa pun itu selalu menggembirakan. Namun entah kenapa dalam perjalanan dengan kereta api kali ini tidak kurasakan keceriaan seperti biasanya.
Malam menjemput ketika aku tiba di kota kembang. Ditemani hujan aku bertolak menuju satu penginapan khusus backpacker. Tidak seperti biasanya diribetkan oleh review penginapan tersebut, aku memutuskan go with the flow saja.
Toh yang kuinginkan kali ini adalah melepas penat yang bergelayut di punggung. Mencari jawaban atas beberapa pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Impulsif memang, anggap saja memberi hadiah pada diri sendiri.
Toh yang kuinginkan kali ini adalah melepas penat yang bergelayut di punggung. Mencari jawaban atas beberapa pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Impulsif memang, anggap saja memberi hadiah pada diri sendiri.
Malam itu pula secangkir teh tak jua memberikan ketenangan. Ajakan teman baru dari Jerman untuk ke cafe di seputaran Jalan Braga terpaksa aku tolak. Aku keluar hanya untuk menentramkan bunyi-bunyian dari perut tak jauh dari hostel.
Perkenalan dengan teman-teman baru saat sarapanlah yang membuatku sedikit memiliki gairah untuk melanjutkan hari. Mendengarkan mereka bercerita tentang perjalanan mereka, tujuan-tujuan mereka memang menyenangkankan.
Baru kusadari betapa aku merindukan perasaan bebas menjadi diriku sendiri. Bebas bercerita dengan orang-orang yang baru kamu ketahui namanya. Mendapatkan suntikan semangat baru dari mereka.
Namun begitulah hidup, setiap pertemuan akan diakhiri dengan perpisahan. Pagi menuju siang itu setelah bersiap-siap dan membereskan barang, aku berangkat menuju Lembang. Kali ini aku mencoba hal baru lagi.
Mengetahui aku tak bisa berlama-lama di Bandung terutama tanpa ada izin dari keluarga, aku memasrahkan tujuan perjalanan hari ini kepada seorang supir grab yang kukenal hari itu dan kusewa seharian untuk mengantarku berkeliling.
Mengetahui aku tak bisa berlama-lama di Bandung terutama tanpa ada izin dari keluarga, aku memasrahkan tujuan perjalanan hari ini kepada seorang supir grab yang kukenal hari itu dan kusewa seharian untuk mengantarku berkeliling.
Nekat memang, namun itulah yang mengasyikkan. Kapan lagi bisa bertindak impulsif seperti ini?
Supir grab itu orang asli setempat katanya. Mendengar track record-ku yang nekat ini, dia mengajakku ke salah satu lokasi destinasi wisata yang belum banyak diketahui para pelancong. "Kita ke air terjun saja, Teh. Masih asri di sana, dijamin," katanya membuatku mengiyakan karena memang membutuhkan satu tempat tenang guna merenung.
Dan di sanalah aku, di Curug Cipereum. Semoga benar itu namanya, karena berapa kali pun aku mencoba mengingat hanya nama itu yang terlintas. Ah memang benar, tak banyak yang datang ke sana. Hanya tiga orang terlihat saat aku hendak berpindah ke lokasi selanjutnya.
Curug Cipereum yang bertempat di Lembang itu masih asri. Untuk menuju ke sana perlu melalui gang yang cukup jauh dari jalan besar dan sedikit menanjak pula. Bila tak terbiasa ke sana bisa dipastikan susah mengetahui gang mana yang tepat menuju air terjun tersebut.
Curug Cipereum yang bertempat di Lembang itu masih asri. Untuk menuju ke sana perlu melalui gang yang cukup jauh dari jalan besar dan sedikit menanjak pula. Bila tak terbiasa ke sana bisa dipastikan susah mengetahui gang mana yang tepat menuju air terjun tersebut.
Dan di sana, oleh bapak yang telah kulupakan namanya itu, aku dibiarkan sendirian setelah ia menjelaskan sedikit tentang kebun teh dan air terjun di bawahnya. Dia sedikit menjauh, membiarkanku berdiri di antara hamparan hijaunya perkebunan teh. Mungkin dia sadar dengan tujuanku datang ke sana.
Lama aku berada di antara tanaman teh ini. Menggerakkan kamera smartphone seperlunya. Tak disibukkan dengan swafoto seperti layaknya orang lain dalam sebuah perjalanan. Begitu pula saat aku berjalan menuju air terjun tak begitu jauh dari sana. Sekarang sisa kenangan berupa foto-fotonya malah rusak karena terlalu sering dipindahkan. Salahku memang, untung masih ada dua foto tersisa.
Aku terdiam tanpa kata, mencoba mencari jawaban atas semua gundah. Menepis gelisah. Melepas resah.
Hingga akhirnya aku sadar memang itulah yang aku perlukan. Udara baru di mana aku bisa mengisi paru-paru dengan menarik napas sebanyak-banyaknya, tak lagi berdesakan dengan tekanan batin yang menyiksa. Terlalu lama oleh rasa bersalah juga.
Dan ketika akhirnya menemukan kembali kewarasanku, di sanalah aku menemukan keberanian untuk memberi tahu keluarga bahwa aku malah pergi ke Bandung bukannya pulang ke Bengkulu. Tak pelak omelan demi omelan bersahut-sahutan terdengar dalam telepon. Permintaan untuk segera pulang hari itu juga. Aku tersenyum mendengarnya, merasa geli sekaligus bersalah karena telah pergi tanpa pamit.
Lalu aku mendekati bapak tadi dan motornya.
"Sebentar ya Pak, saya mau mengecek Skyscanner terlebih dahulu. Saya perlu membeli tiket pesawat untuk segera pulang ini karena sudah dicari oleh keluarga saya."
Berbekal website Skyscanner yang memang biasa aku andalkan untuk membeli tiket pesawat itu, aku memesan tiket pesawat Garuda untuk besok paginya.
Tidak ada yang langsung ke Bengkulu memang, setidaknya aku harus kembali ke Jakarta terlebih dahulu. Tak apa, setidaknya bisa segera memberi kabar bahwa tiket telah di tangan.
Tak hanya bisa memesan tiket pesawat, di Skyscanner kita juga bisa mem-booking hotel dan sewa mobil sekaligus. Cocok nih buat liburan keluarga.
Tidak ada yang langsung ke Bengkulu memang, setidaknya aku harus kembali ke Jakarta terlebih dahulu. Tak apa, setidaknya bisa segera memberi kabar bahwa tiket telah di tangan.
Tak hanya bisa memesan tiket pesawat, di Skyscanner kita juga bisa mem-booking hotel dan sewa mobil sekaligus. Cocok nih buat liburan keluarga.
Beruntungnya hidup di zaman sekarang, kita dimanjakan oleh kemudahan bertransaksi di mana pun berada. Cukup pesan tiket pesawat Garuda di Skycanner dan melakukan pembayaran melalui m-banking.
Contoh pencarian tiket pesawat dari Jakarta ke Bengkulu menggunakan Skyscanner |
"Yuk pak kita lanjut ke lokasi berikutnya sebelum kesorean!" ucapku akhirnya.
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner.
Jalan2 seru kalau bareng pasangan halal mbak. Kapan tuh diajak pasangan halalnya.
ReplyDeleteEmang pas lagi banyak pikiran nggak jelas paling enak jalan-jalan sebentar biar dapet hawa segar. Aku juga suka dengan kegiatan impulsif yang pada akhirnya malah memberi kesan yang menyenangkan. :)
ReplyDeleteEmang siih...travelling itu pelepas gundah paling efektif buat aku jugaaa
ReplyDeleteasik juga ya traveling go show ke gini
ReplyDeleteBelum pernah nyoba skyscanner. Biasanya ke loket 😁. Mau tak cobain aaah
ReplyDeletePengen banget bisa traveling spontan apa daya bingung yang jaga anak hahaha. Pernah sih mereka kutinggal ma anaknya tapi yg deket2 aja, yg hanya berangkat sabtu, nginep semalam, pulang minggu :D
ReplyDeletesponitas itu menurutku adalah kejujuran. Yang harus segera diikuti kata hati. Pun urusan jalan-jalan pasti happy ya
ReplyDeleteskyscanner biasanya aku pake buat searching pesawat untuk penerbangan yang mengharuskan menggunakan pesawat beberapa kali. nyaman untuk mrmbandingkan harga terutama penerbangan jarak jauh dengan beberapa maskapai
ReplyDeleteBagus, ih, ceritanya.
ReplyDeleteSebuah perjalanan bisa jadi obat.
ReplyDeleteAih beraninya jalan sendiri. Coba kalau jalannya ke Cianjur, bisa kami guidin. Hehehe...Tapi sayang kalau ke Cianjur bisanya naik mobil atau motor saja, ga bisa pakai pesawat terbang hehehe
ReplyDeleteSolo traveller yang nekad ^^ jujur aku ga seberani mba nya jalan jalan sendiri tanpa planning pula hehehe (walaupun tertarik, tapi ga berani)
ReplyDeleteWah... cara ngilangin gundah gulana yang paling asyik ya traveling... heheapalagi zaman sekarang begitu banyak kemudahan. Traveling jadi semakin asyik
ReplyDeleteAnak bolaaang hahaEh tapi sesuatu yg dadakan emang lebih asik, krn klo terlalu direncanakan biasanya yaaa gitulah haha
ReplyDeleteBerjalan-jalan, tadabbur alam, memang perlu dan perlu banget.
ReplyDeletetercydukternyata selama ini Anin jalan-jalan untuk melepaskan gundah dan gelisah karena si.....hihi
ReplyDeleteYa ampun.. Kebayang paniknya keluarga ya. Maklum ini yg komen ibu2 hihihi...
ReplyDeletePerlu belajar backpackeran sama kakak sayuu ini nih kayaknya, 😇
ReplyDeleteKak Sayuu itu siapa? Hahaha yok, mau ke mana kita?
DeleteSkyscanner ke Kerinci ada nggak ya mbak? Senang ya bisa jalan2
ReplyDeleteBelum pernah nyari info ke kerinci sih mbak. Kayanya sih ada.
DeleteMurah ya mbak pesan tiket di skyscanner. Mauu nih pulang kampung
ReplyDeletePulanglah mbak ke Bengkulu.
DeleteAku bgtu menikmati alu cerita ini mbak.. Mmg benar. Kadang Kita perlu mlkkan perjalanan untuk melepas gundah
ReplyDeleteJAdi kangen traveling. Saya belum pernah cobain Skyscanner. Jadi tertarik juga pengen coba
ReplyDeleteYok traveling lagi, beli tiketnya pake Skyscanner mbak.
DeleteKalo masih bisa bebas traveling ... traveling-lah, serap segala yang bisa serap lalu tuliskan :)Apik Mbak ulasannya. Moga menaaang :)
ReplyDelete