Misupinku.com

Welcome to Misupinku.com.
Take your time to look around and make yourself at home. ^^
Lhokseumawe – Rapa’i merupakan alat musik tradisional Aceh yang termasuk dalam kelompok perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan telapak tangan. Pernah kepo nggak sih, bagaimana pembuatan Rapa'i, alat musik tradisional Aceh ini?

Rapa’i memiliki sejarah panjang dalam budaya dan penyebaran agama Islam di Aceh. Para leluhurnya, terkhusus yang berada di kawasai Samudera Pasai, menggunakan Rapa’i sebagai media penyebaran agama Islam.

Di saat itu masyarakat Aceh memang masih terdiri atas berbagai agama dan kepercayaan, sehingga Rapa’i-lah yang dianggap tepat sebagai media penyebaran agama. Hal ini menjadikannya sebagai konsep ACIRAF 2018.


pembuatan rapa'i, alat musik tradisional aceh


Sebagai salah satu rangkaian acara dari Field Trip pada Aceh International Rapa’i Festival, seluruh peserta diajak untuk melihat langsung bagaimana proses pembuatan Rapa’i, alat musik tradisional Aceh. 

Desa Jeulikat, Kecamatan Nisam, Lhokseumawe adalah salah satu sentra industri pembuatan Rapa’i. Salah satunya adalah home industry milik Junaedi yang menjadikan rumahnya sebagai tempat pembuatan Rapa’i. Menurut Junaedi, usaha yang ia jalankan ini merupakan usaha sejak lama yang turun-menurun dari generasi ke generasi, namun sempat terhenti sebentar pada tahun 2010. 


pembuatan rapa'i, alat musik tradisional aceh


Dalam membuat sebuah Rapa’i, Junaedi menggunakan kulit kambing, kayu Merbau, dan juga rotan. Untuk kulit kambing yang dipasang sebagai kulit perkusi ia pilih berdasarkan tingkat ketebalan dan kualitasnya. Kayu Merbau yang digunakan pun menggunakan kayu kualitas terbaik.

Seberapa lama pembuatan sebuah alat musik khas Aceh ini? Well, satu Rapa’i berukuran 14-21 inchi ternyata membutuhkan dua hari dalam pembuatan. Rapa’i yang dibuat pun terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Rapa’i berbentuk mirip dengan jenis perkusi lain, sebut saja rebana.

Apa perbedaannya? Perbedaannya yang dapat kita lihat secara langsung terdapat dari segi ukuran. Selain itu nada dan suara yang dihasilkan pun berbeda. Rebana menghasilkan suara yang lebih kencang dibandingkan dengan Rapa’i. Rebana memang dimainkan dengan nyanyian nasyid, sehingga untuk mengimbanginya rebana harus bisa menghasilkan suara yang kencang. 

Rapa’i tidak bisa dibuat sendirian karena ada beberapa tahapan dalam proses pembuatannya. Kayu Merbau dibentuk menjadi berbentuk bulat sebagai tulang dari Rapa’i, dilanjutkan dengan kulit kambing yang dipasang sebagai kulit membrannya.


pembuatan rapa'i, alat musik tradisional aceh


pembuatan rapa'i, alat musik tradisional aceh


Alat musik tradisional Aceh, Rapa’i ini dijualnya dengan harga yang beragam tergantung ukuran dan jenisnya. Rapa’i berukuran paling dikecil dijual dengan harga mulai dari Rp 400.000,- sedangkan untuk Rapa’i terbesar ia jual dengan harga mencapai Rp 2.000.000,-. Rapa’i sudah banyak dipesan dari luar Aceh, bahkan telah masuk pasar mancanegara. 

“Dalam sebulan, Rapa’i yang dihasilkan cukup banyak. Namun untuk penghasilan saya tidak pernah menghitung karena Rapa’i dikerjakan bersama-sama oleh orang-orang di rumah ini,” jelas Junaedi lebih lanjut.


pembuatan rapa'i, alat musik tradisional aceh


Sumber foto: Ist

No comments: